5 Fakta Ilmiah: Apakah Otak Introvert Memang Lebih Cenderung ke Overthinking?

Diposting pada
banner 336x280



News Update Group





Istilah “introversi” dan “ekstroversi”, yang diperkenalkan oleh Carl Jung di awal abad ke-20, menjadi sangat populer karena keseringan digunakan dalam diskusi tentang teori kepribadian manusia di internet.

Mengidentifikasi sebaran tepat antara pendekatan introvert dan ekstrovert di seluruh planet ini tidak mustahil untuk dicapai.

banner 468x60

Namun, beberapa studi menduga bahwa orang-orang yang cenderung pendiam menyumbang antara satu pertiga sampai separuh dari keseluruhan populasi di seluruh dunia, membuat proporsi mereka relatif serupa.

Walaupun cukup lazim, sifat introver masih kerap dimengerti keliru oleh orang banyak, bahkan termasuk mereka yangintrovert itu sendiri. Akan tetapi, riset-riset saintifik terbaru justru tak mempunyai pandangan semacam itu.

Berbeda dengan itu, berbagai penelitian oleh para ahli independen lainnya telah mengungkapkan beberapa aspek krusial yang perlu dipahami dalam mempelajari biologi, ilmu pengetahuan, serta psikologi terkait dengan karakteristik introvert dan extrovert.

ternyata karakter orang yang pendiam jauh lebih kompleks daripada hanya tidak menyukai keramaian. Menurut laporan từ

Astroligion.com

, Kamis (11/5), berikut adalah lima pengetahuan ilmiah mengenai otak orang introvert yang harus Anda ketahui.


1. Introversi berkaitan dengan respons seseorang terhadap sekitar mereka.

Aspek awal yang harus dimengerti mengenai introversi adalah artinya. Istilah ini sering kali diartikan keliru sebagai ketidaknyamanan diri, kesedihan, keras kepala, atau cemas.

Kelompok orang yang cenderung pendiam sering kali jadi korban dari berbagai pemahaman keliru serta stereotype yang kurang berkaitan dengan ide dasarnya.

Introvert dan ekstrovert, seperti dijelaskan oleh Carl Jung, merupakan jenis karakteristik diri yang dipengaruhi oleh asal dari kebahagiaan primer masing-masing orang.

Maka dari itu, orang yang ekstrover biasanya menumpukan energi serta ketertarikan mereka pada lingkungan sekitar, sedangkan individu introver justru lebih condong untuk mengarahkan hidupnya secara internal, dengan fokus utama mereka tertuju pada pikiran dan emosi pribadi.

Akibatnya, orang-orang bertipe introversional lebih sering merasa diakui dan bahagia melalui kegiatan reflektif serta bergairah saat menikmati ‘moments of solitude’.

Namun, kegiatan yang digemari oleh orang-orang ekstrover – seperti berinteraksi dengan sekitar dan bersosialisasi dalam jangka panjang – dapat menghabiskan tenaga bagi para introver dan menumpukkan stimulasi pada indranya, sehingga mereka perlu mencari ketenangan untuk berefresing dan ‘menambah kembali’ energinya.


2. Orang-orang dengan cenderung ke arah introversion dan ekstroversi mengagumi aspek yang berlainan dari sistem saraf otonom mereka.

Seperti telah dinyatakan sebelumnya, orang-orang introverted mengisi tenaga dan merasakan semangat melalui lingkungan dalam dirinya sendiri serta menjadi lelah akibat interaksi panjang dengan dunia eksternal.

Akan tetapi, apa yang kelihatan sebagai pilihan sederhana biasanya mewujudkan suatu kebenaran berdasarkan aspek biologi.

Diantara berbagai bagian dari sistem saraf, subbagian otonomi mencuat karena peran mereka dalam mengatur gerak dan tindakan tidak sadar pada tubuh manusia serta meliputi seluruh fungsi internal tersebut.

Sistem saraf otonom terdiri dari dua bagian pokok yakni sistem saraf simpatetik dan paradisimpatetik yang mengendalikan rangsangan tidak sadar namun cukup berlainan antara kedua-duanya.

Hingga saat ini, sepertinya hal itu mungkin tak terkait dengan introversi, namun kenyataannya justru begitu.

Walaupun setiap manusia menggunakannya pada waktu-waktu tertentu, hasil riset ilmiah memperlihatkan bahwa orang-orang yang pemalu lebih condong ke arah preferensi terhadap pemanfaatan aspek paradivatik tanpa disadari.

Tidak mengejutkan, konsep ini kerap dikenal sebagai sistem ‘rehat dan cerna’. Sistem tersebut mendorong tubuh agar melambat, beristirahat, dan menyimpan tenaga.

Sebaliknya, sistem saraf simpatetik dikenal sebagai bagian ‘bertarung atau kabur’, sebab memacu tubuh untuk bertindak dengan melepaskan adrenalin. Ini tentunya menjadi pilihan favorit bagi para ekstrovert.


3. Orang yang cenderung pendiam sangat peka terhadap dopamin.

Walaupun belum pasti alasan di balik kecenderungan sebagian orang untuk memilih salah satu dari kedua bagian sistem saraf autonom yang berbeda ini, studi-studi tertentu menunjukkan hubungannya dengan neurotransmitter spesifik.

Walaupun setiap tubuh menggunakan zat kimia yang sama dan menghasilkannya dengan metode yang serupa, otak bisa saja merespons zat tersebut dalam tingkat intensitas yang berbeda-beda.

Secara khusus, Dr. Marti Olsen Laney mengungkapkan dalam buku berjudul The Introvert Advantage bahwa hal itu semua bergantung pada sensitivitas otak terhadap dopamin, yaitu hormon yang berkaitan dengan rasa senang.

Dengan singkatnya, pelepasan dopamin menyebabkan rasa senang seketika ketika seseorang berinteraksi dengan dunianya melalui metode baru. Ini mendorong tindakan yang cenderung mengambil resiko dalam upaya mendapatkan imbalan sebagai bentuk penghargaan.

Meskipun setiap orang neurotipikal memiliki tingkat dopamin yang serupa dalam otaknya, Dr. Laney menggarisbawahi bahwa para introvert cenderung lebih peka terhadap dopamin dibandingkan dengan ekstrovert yang mempunyai ketahanan yang lebih baik terhadap zat tersebut.

Selanjutnya, kaum ekstrovert perlu mencari lebih banyak rangsangan dari luar untuk merasakan kebahagiaan yang diberikan oleh hormon tersebut, sementara kaum introvert dapat menjadi terlalu terstimulasi dengan cepat.


4. Asetilkolin adalah hormon kegembiraan untuk orang-orang yang lebih pendiam.

Dopamin bisa menyebabkan kelelahan pada orang yang cenderung pendiam, menjadikannya misteri bagi mereka—meskipun demikian, dopamin merupakan hormon terkait dengan kenikmatan dan apresiasi.

Bagaimana seseorang bertipe introvert merasakan kesenangan usai mewujudkan targetnya? Kunci jawabannya terletak pada zat bernama asetilkolin. Berbeda dengan pemberian insentif dalam bentuk dorongan ekstra, asetilkolin merupakan suatu senyawa kimia di otak yang menghasilkan perasaan rileks dan damai.

Oleh karena itu, asetilkolin memicu seseorang ketika mereka berbalik untuk melihat kedalam dan terjun ke dalam aktifitas reflektif.

Asetilkolin memiliki efek yang ringan dan lembut hingga orang-orang ekstroverted tak bisa merasakan dampaknya lantaran tingkat sensitivitas sistem saraf mereka yang rendah. Ini pula yang membuat mereka cenderung gagal dalam mencapai rasa puas atau kebahagiaan jangka panjang dari momen-momen sendirian yang damai.

Sebaliknya, sistem saraf pada orang introvert yang sangat peka merasa cukup terpuaskan dengan rangsangan lembut dari asetilkolin.


5. Orang yang pendiam secara alami kebanyakan lebih banyak memikirkannya.

Walau asetilkolin sepertinya menguntungkan orang-orang yang lebih pendiam karena sifat mereka yang tenang, dampaknya belum tentu selalu baik.

Sebenarnya, kecondongan mereka terhadap neurotransmitter tersebut mungkin pula menjelaskan mengapa banyak orang introvert cenderung memikirkan hal-hal secara berlebihan.

Neurotransmiter, sebagaimana terindikasi oleh namanya, mentransmisikan pesan yang diterima dari satu sel ke sel lainnya, melewati ‘rute’ spesifik yang menetapkan bagian otak manakah yang akan menerima pesan itu.

Maka, saat seseorang mendengarkan bunyi dari pihak lain ataupun mempelajari sebuah buku, zat kimia di dalam tubuh mengirim data tersebut menuju ke otak melewati rute spesifik yang ada.

Menurut Dr. Laney, rute yang diikuti oleh asetilkolin lebih panjang dan kompleks dibandingkan dengan rute dopamin.

ternyata, dopamin menggunakan rute yang lebih singkat sehingga memungkinkan otak untuk merespons dengan cepat, yang menjelaskan sifat dinamisnya.

Sebaliknya, asetilkolin memiliki rute yang lebih panjang sehingga dapat merangsang lebih banyak bagian otak, menyebabkan para pemilik cenderung ke dalam diri sendiri untuk mengevaluasi dan memproses data dengan cara yang lebih berhati-hati meskipun agak lambat.

Tentu saja, ini menggambarkan bagaimana orang-orang bertipe introvert cenderung memikirkan sesuatu secara berlebihan, bersifat ragu-ragu saat akan mengambil keputusan, serta melakukan analisis mendalam atas data atau info yang mereka peroleh.

Walaupun ciri-ciri biokimia ini menggambarkan tendensi tertentu, tetapi ciri-ciri tersebut tidak dapat menjabarkan seluruh kepribadian seseorang dengan lengkap.

Introvert bukanlah hal yang sama dengan kecerdasan, rasa malu, atau prasangka lainnya yang mungkin beredar di internet.

Akan tetapi, hal tersebut menggambarkan pilihan beberapa orang untuk menikmati kebahagiaan yang lebih murni dalam kehidupannya.

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *